Revolusi at Amanjiwo: A Feast of History and Flavour

David Van Reybrouck is an award-winning Belgian cultural historian, archaeologist, and author of Congo: The Epic History of a People and Revolusi: Indonesia and the Birth of the Modern World, for which he has received several awards. In Revolusi, Van Reybrouck draws on hundreds of interviews and eyewitness accounts to bring the gripping story of Indonesia’s struggle for independence to life, with human detail at every turn. Four million civilians died during the World War II occupation by the Japanese. He spent five years in the Democratic Republic of the Congo as a railway engineer immediately after independence. He holds a doctorate from Leiden University.

David Van Reybrouck adalah penulis Belgia yang dikenal atas karya-karyanya tentang sejarah dan budaya. Dua bukunya yang terkenal, Congo: The Epic History of a People dan Revolusi: Indonesia and the Birth of the Modern World, telah meraih berbagai penghargaan. Dalam Revolusi, ia mengangkat perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan, dengan mewawancarai ratusan saksi sejarah dan merekam kisah pribadi mereka. Ia mencatat bahwa sekitar empat juta warga sipil Indonesia tewas selama pendudukan Jepang di Perang Dunia II. Van Reybrouck pernah bekerja selama lima tahun di Republik Demokratik Kongo sebagai insinyur kereta api, dan meraih gelar doktor dari Universitas Leiden.

Jean Pascal Elbaz is the Resident Anthropologist at Amanjiwo and a French native who has lived and worked in Asia for more than 30 years. With a background in social psychology, Elbaz’s career has included work as a journalist in Paris, roles with the French Institute for Asian Studies (E.F.E.O.), and service on behalf of the French Embassy. After moving to Indonesia, he was appointed Director of the French Cultural Institute in Yogyakarta. Today, he divides his time between translation and interpretation for development organisations, alongside writing and translating articles and books. Having recently earned a Master’s degree in Cultural Studies from Sanata Dharma University in Yogyakarta, Elbaz is now pursuing a PhD exploring a range of post-colonial topics.

Jean Pascal Elbaz adalah Antropolog Residen di Amanjiwo dan warga negara Prancis yang telah tinggal serta bekerja di Asia selama lebih dari 30 tahun. Berbekal latar belakang psikologi sosial, perjalanan kariernya mencakup pengalaman sebagai jurnalis di Paris, bekerja di Institut Prancis untuk Kajian Asia (E.F.E.O.), hingga bertugas di Kedutaan Besar Prancis. Setelah pindah ke Indonesia, ia menjabat sebagai Direktur Institut Kebudayaan Prancis di Yogyakarta. Kini, Elbaz membagi waktunya antara pekerjaan penerjemahan dan interpretasi untuk organisasi pembangunan dengan aktivitas menulis serta menerjemahkan artikel dan buku. Ia baru saja meraih gelar Magister Kajian Budaya dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan saat ini tengah menempuh studi doktoral dengan fokus pada berbagai topik pascakolonial.

Petty Elliott is an internationally acclaimed Indonesian chef, food writer, entrepreneur, and philanthropist. She served as a judge for Asia’s 50 Best Restaurants and the World’s 50 Best Restaurants in 2016 and 2017, respectively. Publishing house Phaidon Press released a book in 2018 titled Where Chefs Eat, which featured her. As an ethnic Manadonese from North Sulawesi, Elliott is known for her innovative fusion of the spicy-hot Manadonese cuisine with European foods. Her 2016 book, Jakarta Bites: Exploring Vibrant Street Food from the Heart of Indonesia, won the prestigious 2017 Gourmand World Cookbook Awards in the street food category. Her latest book, The Indonesian Table, was released in 2023 via Phaidon Press, taking readers on a culinary journey across Indonesia, drawing from her personal experiences.

Petty Elliott adalah chef asal Indonesia yang telah meraih reputasi internasional. Ia juga dikenal sebagai penulis kuliner, pengusaha, dan filantropis. Pada tahun 2016 dan 2017, ia dipercaya menjadi juri untuk ajang bergengsi Asia's 50 Best Restaurants dan World's 50 Best Restaurants. Namanya juga tercantum dalam buku Where Chefs Eat yang diterbitkan oleh Phaidon Press pada 2018. Sebagai perempuan berdarah Manado dari Sulawesi Utara, Petty dikenal lewat inovasinya yang memadukan cita rasa pedas khas masakan Manado dengan kuliner Eropa. Buku pertamanya, Jakarta Bites: Exploring Vibrant Street Food from the Heart of Indonesia (2016), meraih penghargaan internasional Gourmand World Cookbook Awards 2017 untuk kategori makanan jalanan. Karya terbarunya, The Indonesian Table, diterbitkan oleh Phaidon Press pada 2023. Buku ini mengajak pembaca menyusuri perjalanan kuliner melintasi berbagai wilayah di Indonesia, terinspirasi dari pengalaman pribadi sang penulis.

Reza Kurniawan is the Executive Chef at Amanjiwo. He began his culinary journey as a Sous Chef at a luxury villa resort and has since refined his craft across the United Arab Emirates, Qatar, the United States, Saudi Arabia, Indonesia, the Maldives, Cambodia, and Thailand. With 19 years of experience, Chef Reza continues to champion sustainability, placing an emphasis on using locally sourced ingredients whenever possible.

Reza Kurniawan adalah Executive Chef di Amanjiwo. Ia memulai perjalanan kulinernya sebagai Sous Chef di sebuah resor vila mewah dan sejak itu mengasah keahliannya di berbagai negara, termasuk Uni Emirat Arab, Qatar, Amerika Serikat, Arab Saudi, Indonesia, Maladewa, Kamboja, dan Thailand. Dengan pengalaman 19 tahun, Chef Reza konsisten mengedepankan prinsip keberlanjutan, terutama melalui pemanfaatan bahan-bahan lokal sebisa mungkin.