Indigenous peoples in Indonesia and Australia possess rich histories, vibrant cultures, and deep connections to their ancestral lands. Despite some recognition, they continue to face significant challenges, including land dispossession, cultural erosion, and marginalization. In Indonesia, communities grapple with land loss due to rapid development, deforestation, and limited legal protections. Similarly, Aboriginal Australians and Torres Strait Islanders have fought for land rights, exemplified by the 1992 Mabo decision. Unfortunately, many still lack secure land tenure. Indigenous Australians are also grappling with intergenerational trauma from the Stolen Generations, as well as exacerbated drug and alcohol abuse, language fragmentation and loss, and limited political representation. Both Indonesian and Australian groups face ongoing conflicts over land entitlements and cultural heritage. While international support and notable victories have raised awareness, genuine recognition and respect for Indigenous sovereignty remain out of reach. Panel moderator Aaron Corn, along with speakers Thomas Mayo, Devi Anggraini, and Arimbi Heroeputri, discuss the shared goal of achieving true justice—requiring sustained efforts, comprehensive legal reforms, and honoring Indigenous peoples as vital custodians of their lands and cultures.
Masyarakat adat di Indonesia dan Australia memiliki sejarah panjang, budaya yang kaya dan dinamis, serta ikatan kuat dengan tanah leluhur mereka. Meski ada pengakuan di beberapa aspek, mereka terus menghadapi tantangan besar, termasuk perampasan tanah, erosi budaya, dan marginalisasi. Di Indonesia, komunitas adat bergulat dengan kehilangan lahan akibat pembangunan pesat, deforestasi, dan perlindungan hukum yang terbatas. Hal serupa dialami oleh masyarakat Aborigin Australia dan penduduk Kepulauan Torres Strait yang telah lama berjuang untuk hak atas tanah, seperti yang ditunjukkan melalui keputusan Mabo tahun 1992. Sayangnya, banyak dari mereka masih belum memiliki kepastian kepemilikan lahan. Masyarakat adat Australia juga menghadapi trauma lintas generasi dari Stolen Generations, meningkatnya penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, fragmentasi serta hilangnya bahasa, dan keterbatasan representasi politik. Baik di Indonesia maupun Australia, konflik mengenai hak atas tanah dan warisan budaya masih terus berlangsung. Meskipun ada dukungan internasional dan sejumlah kemenangan penting yang telah meningkatkan kesadaran publik, pengakuan dan penghargaan terhadap kedaulatan masyarakat adat masih jauh dari tercapai. Panel ini dimoderatori oleh Aaron Corn bersama para pembicara Thomas Mayo, Devi Anggraini, dan Arimbi Heroeputri yang membahas tujuan bersama untuk mencapai keadilan sejati. Hal ini membutuhkan upaya berkelanjutan, reformasi hukum yang menyeluruh, serta penghormatan terhadap masyarakat adat sebagai penjaga utama bagi tanah dan budaya mereka.