Ni Nyoman Ayu Suciartini is a Balinese writer and lecturer who has a deep love for all forms of writing. Her book Mimpi Itu Gratis, published by Gramedia in 2016, tells the story of the beauty of eastern Bali and its unending poverty. Her writing also appears in Jejak Ingatan, a collaborative work by ten writers from across Indonesia, published by Gramedia in 2016. She is also the author of Bersinar di Timur Pulau Bali, a 2018 biography published by Balai Bahasa Bali. Her children’s books include Pantai yang Kurindukan, Perjalanan Si Cerry, and the trilingual superhero story Luh Ayu Manik Mas. In 2014, she received the Telkomsel Award in the 'Most Indonesian Writer' category and the Kompas Young Writer Award in 2011. In 2021, her manuscript Racun Puan was nominated for the Jakarta Arts Council (DKJ) script competition and was published by Bentang Pustaka. Her novel Biang won the Unsapress novel competition and was also nominated for the 2022 Ministry of Education and Culture Literary Award in the Best Novel category. In 2024, she won a speech competition for voicing the struggles of women under the proposed Maternal and Child Welfare Bill (UU KIA) at the Indonesian House of Representatives. Her work has been staged as a monologue and awarded at literary festivals and journalism competitions.
Ni Nyoman Ayu Suciartini adalah penulis dan pengajar asal Bali yang mencintai segala bentuk tulisan. Pada tahun 2016, ia menerbitkan buku berjudul Mimpi Itu Gratis bersama Gramedia, yang mengeksplorasi keindahan Bali timur dan masalah kemiskinan yang masih berlanjut. Di tahun yang sama, ia berkontribusi dalam Jejak Ingatan, sebuah buku yang menampilkan karya dari sepuluh penulis Indonesia. Pada tahun 2018, ia menulis biografi berjudul Bersinar di Timur Pulau Bali, yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Bali. Ia telah menulis beberapa buku anak-anak, termasuk Pantai yang Kurindukan, Perjalanan Si Cerry, dan Luh Ayu Manik Mas, sebuah cerita pahlawan super yang ditulis dalam tiga bahasa. Bakatnya telah diakui secara luas: ia memenangkan Penghargaan Telkomsel 'Penulis Paling Indonesia' pada tahun 2014 dan Penghargaan Penulis Muda Kompas pada tahun 2011. Baru-baru ini, karyanya terus mendapat pengakuan. Bukunya Racun Puan masuk nominasi kompetisi Dewan Kesenian Jakarta dan kemudian diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2021. Novelnya Biang memenangkan kompetisi Unsapress dan masuk nominasi Novel Terbaik dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2022. Pada tahun 2024, ia memenangkan lomba pidato di Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia, di mana ia berbicara tentang hak-hak perempuan dan RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak. Tulisannya juga telah diadaptasi untuk pertunjukan panggung dan telah memenangkan penghargaan di festival sastra maupun kompetisi jurnalistik.