Under the Stars at Ubud's New Market

Agus Nur Amal (PM Toh), born in Weh Island, Aceh, is a spoken word artist. He graduated from the Jakarta Arts Institute’s Performing Arts School and further honed his skills by studying Acehnese shadow puppetry under the guidance of maestro Tgk. Adnan Pmtoh. Since 1991, Agus has been captivating audiences as a storyteller, using everyday tools and songs to weave tales. His talent and dedication earned him the Education and Culture Ministry’s award for Preserving the Oral Arts Tradition in 2015, as well as Bali’s Dwipayana Cultural Award in 2021. Agus has also showcased his installations at the prestigious Kassel Documenta Fifteen exhibition in 2022.

Agus Nur Amal (PM Toh) lahir di pulau Weh, Aceh. Seniman tutur ini lulus dari Fakultas Seni Pertunjukan IKJ kemudian belajar dalang Aceh dengan maestro Tgk. Adnan Pmtoh. Berkarir sebagai pendongeng sejak 1991, dengan menggunakan alat-alat rumah tangga dan bersenandung dalam menyampaikan cerita. Menerima penghargaan Pelestari & Pengembang Seni Tradisi Tutur dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015) dan Anugerah Budaya Bali Dwipayana (2021). Sebagai seorang seniman instalasi, ia pernah berpameran selama 100 hari di Kassel Documenta Fifteen 2022.

Kerta Art is a renowned Balinese dance institution led by the accomplished dance artist, choreographer, and teacher, Ni Komang Ayu Anantha Putri M.Sn. They actively engage in Balinese and contemporary dance training and have a strong presence in national and international performances. Kerta Art welcomes both local and foreign enthusiasts eager to learn Balinese dance. Initially recognized for classic shadow puppet shows catering to tourists, Kerta Art expanded its offerings in 2021, introducing Balinese dance classes for children and teenagers.

Kerta Art adalah sebuah lembaga seni Bali yang ternama dipimpin oleh seorang seniman tari, koreografer dan guru yang berprestasi, Ni Komang Ayu Anantha Putri M.Sn. Secara giat, mereka melibatkan diri dalam pelatihan tari Bali dan kontemporer dan memiliki pengaruh yang kuat dalam pertunjukan nasional dan internasional. Kerta Art membuka diri terhadap baik orang lokal maupun asing yang tertarik mempelajari tari Bali. Pada awalnya dikenal untuk berbagai pertunjukan wayang yang ditujukan untuk wisatawan, Kerta Art telah memperluas berbagai sajiannya pada 2021, memperkenalkan kelas-kelas tari Bali untuk anak-anak dan remaja.

L8ching, pronounced as lei-ching, is a Taiwanese singer-songwriter. He began his musical career as a drummer and has collaborated with several talented Taiwanese artists, including Leo Wang, Sunset Rollercoaster, and Come on! Baybay!.

L8ching (dilafalkan sebagai lei-ching) adalah seorang penyanyi dan penulis lagu Taiwan. Ia memulai karir musiknya sebagai pemain drum dan telah berkolaborasi dengan beberapa seniman Taiwan berbakat, termasuk Leo Wang, Sunset Rollercoaster, dan Come on! Baybay!

Abinaya Ghina Jamela is an Indonesian writer and poet. She has authored several books, including Resep Membuat Jagat Raya from 2017, Aku Radio bagi Mamaku from 2018, and Mengapa Aku Harus Membaca? from 2019. Her debut work, Resep Membuat Jagat Raya, received numerous awards and earned acclaim on par with adult literature. In addition to her writing pursuits, she actively engages in social activities, promoting literacy, particularly among children. Abinaya is the Founder of the Sahabat Gorga community and contributes to research projects in the humanities field.

Supported by the Manajemen Talenta Nasional.

Abinaya Ghina Jamela adalah seorang penulis dan penyair Indonesia. Ia telah menulis beberapa buku, termasuk Resep Membuat Jagat Raya dari 2017, Aku Radio Bagi Mamaku dari 2018, dan Mengapa aku Harus Membaca? dari 2019. Karya perdananya, Resep Membuat Jagat Raya, telah menerima banyak sekail penghargaan dan mendulang pengakuan yang setara dengan sastra orang dewasa. Di luar kegiatannya menulis, ia terlibat berbagai kegiatan sosial, menggalakkan literasi, terutama di kalangan anak-anak. Abinaya adalah Pendiri dari komunitas Sahabat Gorga dan menyumbang pada proyek-proyek penelitian di bidang kemanusiaan.

Didukung oleh Manajemen Talenta Nasional.

Willy Fahmy Agiska is an Indonesian writer and poet. He has published poetry books, including Unboxing by Buruan & Co in 2023 and Mencatat Demam by Kentja Press in 2018. His poetry has also been featured in various print and online publications and translated into English and Korean. Willy is an active member of the literary appreciation community at UPI, Buruan.co, and Atelir Ceremai. In 2019, his book Mencatat Demam, published by Kentja Press in 2018, received the award for 'Best Poetry Book' from the Hari Puisi Foundation at the Indonesian Poetry Day Awards 2019.

Supported by the Manajemen Talenta Nasional.

Willy Fahmy Agiska adalah seorang penulis dan penyair Indonesia. Ia telah menerbitkan buku-buku puisi, termasuk Unboxing by Buruan & Co pada 2023 dan Mencatat Demam oleh Kentja Press pada 2018. Puisi karyanya juga telah ditampilkan di berbagai penerbitan cetak dan daring dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Korea. Willy adalah seorang peserta aktif dari kelompok apresiasi sastra di UPI, Buruan.co, dan Atelir Ceremai. Pada 2019, bukunya Mencatat Demam, diterbitkan oleh Kentja Press pada 2018, menerima penghargaan untuk ‘Buku Puisi Terbaik’ dari Hari Puisi Foundation di gelaran Indonesian Poetry Day Awards 2019.

Didukung oleh Manajemen Talenta Nasional.

Napak Tuju is an Indonesian art performance group from Ubud, renowned for their dedication to preserving and reimagining traditional Balinese dance while seamlessly integrating contemporary elements. With a mission deeply rooted in culture, space, and the promotion of contemporary Balinese dance, Napak Tuju has carved a distinct niche in the vibrant arts scene of Bali and beyond.

Napak Tuju adalah sebuah kelompok seni pertunjukan Indonesia dari Ubud, dikenal akan dedikasi mereka terhadap upaya pelestarian dan penciptaan kembali tarian Bali tradisional sambil menggabungkan anasir-anasir kontemporer dengan mulus. Dengan sebuah misi yang berakar dalam pada kebudayaan, ruang, dan promosi tari Bali kontemporer, Napak Tuju telah menggurat sebuah relung yang khas dalam semaraknya skena seni di dalam dan luar Bali.

Putu Septa is an Indonesian composer, musician, gamelan teacher, and the leader of the Nata Swara group from the village of Padangtega. He is actively engaged in the creation of diverse musical compositions, collaborating with artists both locally and internationally. In addition to his roles as a musician and gamelan instructor, he is a member of various artistic communities. His body of work is remarkably diverse, spanning instrumental music, dance compositions, film scores, and more.

Putu Septa adalah seorang komponis dan musisi Indonesia sekaligus guru gamelan, dan pemimpin kelompok Nata Swara di desa Padangtegal. Ia dengan giat terlibat dalam penciptaan beragam komposisi musik, bekerja sama dengan para seniman, baik yang lokal maupun yang internasional. Menambah kegiatannya sebagai musisi dan pelatih gamelan, ia adalah anggota berbagai komunitas seni. Ia memiliki perbendaharaan karya yang luar biasa, mencakup musik instrumental, komposisi tari, skor film, dan lebih banyak lagi.

Nata Swara is a collective dedicated to performing traditional Balinese gamelan music and crafting new compositions for music and the performing arts. Founded in 2011 in the village of Padangtegal, Nata Swara is actively involved in producing fresh works, delving into classical gamelan music, participating in diverse activities, and fostering collaboration with partners at both national and international levels. They also play a pivotal role in nurturing the next generation of Balinese gamelan musicians.

Nata Swara adalah sebuah kolektif yang mengkhususkan diri untuk menampilkan musik gamelan tradisional Bali dan menggarap komposisi baru untuk musik dan seni pertunjukan. Didirikan pada 2011 di desa Padangtegal, Nata Swara giat terlibat dalam memproduksi karya-karya anyar, mendalami musik gamelan klasik, dan memupuk kolaborasi dengan berbagai mitra di tingkatan nasional dan mancanegara. Mereka juga memainkan peranan penting dalam mengasuh generasi selanjutnya musisi gamelan Bali.

Alexander Arbess-Joy is a DJ, music producer, writer, filmmaker, entrepreneur, and a passionate rainforest enthusiast.

Alexander Arbess-Joy adalah seorang DJ, produser musik, penulis, pembuat film, pengusaha, dan seorang penggemar hutan hujan yang bersemangat.

Agustina Ardie, MBA, is the publisher of Yak Magazine and a seasoned events manager on the island of Bali. She has previously organized events for the Ubud Writers and Readers Festival.

Agustina Ardie, MBA, adalah penerbit Yak Magazine dan seorang manajer event berpengalaman di Pulau Bali. Sebelumnya ia pernah menyelenggarakan acara-acara untuk Ubud Writers and Readers Festival.

Edel Rodriguez, a Cuban American artist, showcases his talent worldwide with exhibitions in New York, Los Angeles, Havana, Berlin, La Paz, Cape Town, Prague, and London. Known for his contributions to renowned publications like the New Yorker, the New York Times, and Time magazine, he has created over two hundred magazine and book covers and illustrated children’s books, including Sonia Sotomayor: A Judge Grows in the Bronx. Additionally, he authored Sergio Jumps and Sergio Saves the Game. Rodriguez’s art is cherished by institutions like the Smithsonian Institution, and he has earned accolades from the Art Directors Club and the Society of Illustrators. His debut graphic novel, Worm, reflects his talent. Edel Rodriguez currently resides in New Jersey.

Supported by the US Embassy Jakarta.

Edel Rodriguez, seniman Kuba Amerika, menampilkan bakatnya di berbagai penjuru dunia dengan berbagai pameran di New York, Los Angeles, Havana, Berlin, La Paz, Cape Town, Prague, and London. Dikenal atas sumbangannya untuk beberapa penerbitan ternama seperti New Yorker, the New York Times, dan majalah Time, ia telah menciptakan lebih dari 200 sampul majalah dan buku serta buku bergambar untuk anak-anak, termasuk Sonia Sotomayor: A Judge Grows in the Bronx. Selain itu, ia juga telah menulis Sergio Jumps dan Sergio Saves the Game. Karya seni Rodriguez sangat dihargai oleh lembaga-lembaga seperti Smithsonian Institution, dan ia telah mendapatkan penghargaan dari Art Directors Club dan Society of Illustrators. Novel grafis perdananya, Worm, mencerminkan bakatnya. Edel Rodriguez kini bermukim di New Jersey.

Didukung oleh US Embassy Jakarta.