Hari ini dengan bangga UWRF meluncurkan poster UWRF 2016 karya Evi O, seorang seniman, desainer, dan Art Director asal Indonesia yang telah memenangkan penghargaan, Evi O. kini tinggal di Sydney, Australia.
Evi bekerja pada sebuah penerbitan selama satu dekade dan baru-baru ini memenangkan penghargaan Best Designed-Illustrated Book di 2016 Australian Book Design Awards. Evi O. yang lahir di Surabaya pindah untuk tinggal di Australia pada tahun 2003 dan baru saja meluncurkan konsultan desain miliknya sendiri. Sang desainer juga akan tampil di UWRF 2016 untuk berbicara di sesi yang membahas desain dan ilustrasi dari sebuah buku.
Poster UWRF 2016 ini adalah sebuah interprestasi mendalam dari tema UWRF tahun ini, yaitu Tat Tvam Asi, sebuah filosofi Hindu dari abad ke-6 yang berarti ‘Kita semua satu’, atau ‘Aku adalah engkau, engkau adalah aku’. Ilustrasi di poster ini berfokus pada dua wajah berbeda yang menyatu dan dilatar belakangi oleh warna-warna yang menggambarkan emosi. Ini memperjelas pertemuan antara akal, jiwa, dan renungan yang bercakap pada semesta alam, sebuah sifat dasar manusia yang menjadi tema UWRF tahun ini. Seperti yang penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri pernah tuturkan di puisinya yang berjudul ‘Satu’, “Daging kita satu arwah kita satu, walau masing jauh yang tertusuk padamu berdarah padaku,”. Karya Evi O. ini menggaungkan pergerakan seni kontemporer di Indonesia.
Sementara dunia ini berjuang dalam pemisahan, Tat Tvam Asi meminta kita semua untuk menyadari bahwa setiap manusia itu setara dan sama, dan luka yang digoreskan pada jiwa yang satu akan melukai jiwa yang lain. Ideologi yang sangat kuat ini selain bisa dilihat sebagai latar belakang identitas bangsa Indonesia, yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, budaya, dan sejarah namun hidup berdampingan dan saling menghargai satu sama lainnya, bisa juga melukiskan latar belakang jagat raya ini sendiri. Jalaluddin Rumi, sang penyair Sufi menuliskan, “Pada kenyataannya, jiwaku dan jiwamu sama. Kau ada di diriku, aku di dirimu. Kita bersembunyi pada satu sama lainnya.”
Tema di tahun ke-13 festival ini mencakupi filosfi dari UWRF itu sendiri, tim UWRF sekali lagi akan membawakan suatu perhelatan sastra dan budaya yang bernyali untuk menanyakan perdebatan tak terjawab seputar hak asasi manusia, nilai dari suatu perbedaan, dan energi tak terurai yang membentuk kehidupan, lingkungan, dan identitas kita. Ini adalah sebuah festival yang menyatukan penulis, pembaca, pemikir, dan pencipta untuk saling menginspirasi. Seperti yang selalu dikatakan oleh para pengunjung setia UWRF, ‘literally magical’.
Ikuti terus situs dan media sosial UWRF untuk pengumuman penulis dan tiket Early Bird.