Sugi Lanus


Country: Indonesia

Sugi Lanus is an Indonesian curator at the Lontar Museum in Karangasem, Bali. After studying at the Bali Literature Department of Udayana University, he has actively worked part-time as a research assistant for institutions like Princeton University, UCLA, Murdoch University, Leiden University, Osaka University, and others. He has participated in numerous international workshops and training sessions, and pursued postgraduate education in various disciplines: Cultural Studies, Tourism Studies, and Theology. In 2006, he established the Hanacaraka Society to delve into Bali and Lombok’s lontar manuscripts. He has contributed hundreds of articles that have been published in various online and print media outlets, such as tatkala.co, Bali Post, and more. Currently, he is engaged in research on manuscript-related reliefs at Borobudur and the Herbalian Project, which aims to map herbal knowledge found in ancient Balinese and Javanese lontar manuscripts.

Sugi Lanus adalah seorang kurator Indonesia di Museum Lontar di Karangasem, Bali. Setelah kuliah Sastra Bali di Universitas Udayana, ia telah banyak bekerja paruh waktu sebagai asisten penelitian untuk lembaga-lembaga seperti Princeton University, UCLA, Murdoch University, Leiden University, Osaka University, dan masih banyak lagi. Ia telah terlibat dalam berbagai sesi lokakarya dan pelatihan mancanegara, dan mendapatkan gelar Pascasarjana dari berbagai disiplin ilmu: Kajian Budaya, Kajian Turisme dan Teologi. Pada 2006, ia mendirikan Hanacaraka Society untuk menyelami manuskrip-manuskrip lontar Bali dan Lombok. Ia telah menyumbangkan ratusan artikel yang telah diterbitkan di berbagai media cetak dan daring, seperti tatkala.co, Bali Post, dan lebih banyak lagi. Saat ini, ia sedang terlibat dalam penelitian tentang relief berbasis manuskrip di Borobudur dan Herbalian Project, yang bertujuan memetakan pengetahuan herbal yang ditemukan dalam manuskrip lontar Bali dan Jawa kuna.

Appearing in

Main Program | First Knowledges: Indigenous Law

Law is culture, and culture is law. Indigenous law is a complex area that involves issues concerning First Nations peoples and their relationships with governments, rights to land, rights to …


Main Program | Unveiling ‘Tri Semaya’: Exploring the Essence of Time

The Festival theme draws inspiration from the profound Balinese concept of ‘Tri Semaya,’ a philosophical view of time as non-linear, circular, and collective. Embodying the essence of Atita, Wartamana, and …