Indonesia memiliki sejarah sastra yang panjang dengan sosok-sosok luar biasa, karya-karya yang tak lekang dimakan waktu, dan kisah-kisah yang tak habisnya dibahas. Kenali para #SosokSastra Indonesia melalui seri sosial media #UWRF ini dan biarkan diri Anda jatuh cinta dalam dunia sastra Indonesia.
Sutardji, sang pembaharu perpuisian Indonesia, lahir di Riau pada tahun 1941 dan menempuh pendidikan di Fakultas Sosial Politik Universitas Padjajaran, Bandung. Pada awal karirnya Sutardji menulis untuk beberapa surat kabar di Bandung, tak lama setelah itu sajak-sajak karya Sutardji yang kerap disapa Bung Tardji ini mulai dimuat di beberapa majalah dan koran.
Bagi Sutardji menulis puisi adalah membebaskan kata-kata. Dari penggunaan gaya bahasa pada sajak Sutardji, dapat dilihat bahwa beliau adalah seorang penyair kontemporer yang memiliki gaya penulisan unik. Beliau tidak lagi bertahan pada gaya bahasa personifikasi untuk mendapatkan pengucapan puitis. Sebagai seorang penyair sufistik, Sutardji menggunakan gaya bahasa yang menyerupai mantera dalam segala variasi sajak, menghasilkan karya yang mengandung daya magis serta ditata begitu baik dalam hal penundaan makna puisi. Puisi sang penerima penghargaan Hadiah Sastra Asean (SEA Write Award) dari Kerajaan Thailand tahun 1979 ini kebanyakan berisi perenungan mendalam akan sesuatu.
Karya-karya Sutardji telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Belanda, dan dipublikasikan di beberapa antologi di Amerika, Australia, serta Belanda. O Amuk Kapak merupakan kumpulan sajak-sajak Sutardji dari periode penulisan 1966 sampai 1979. Kumpulan sajak itu mencerminkan secara jelas pembaharuan yang dilakukan beliau terhadap puisi Indonesia modern.