Indonesia memiliki sejarah sastra yang panjang dengan sosok-sosok luar biasa, karya-karya yang tak lekang dimakan waktu, dan kisah-kisah yang tak habisnya dibahas. Kenali para #SosokSastra Indonesia melalui seri sosial media #UWRF ini dan biarkan diri Anda jatuh cinta dalam dunia sastra Indonesia.
Sitor Situmorang adalah bagian dari Sastrawan Angkatan ’45. Ia lahir di Sumatera Utara pada tahun 1924 dan menjadi Pemimpin Redaksi Harian Suara Nasional Sibolga pada usia yang sangat belia, yaitu 19 tahun. Sitor adalah salah satu sosok penyair yang juga besar di dunia jurnalistik dan tersangkut politik. Tulisan Sitor yang berjudul Esai Sastra Revolusioner menyebabkannya harus mendekam di dalam penjara tanpa proses peradilan dari tahun 1967 hingga 1975, di mana ia tidak diizinkan membawa alat tulis dan kertas ke dalam tahanan. Meskipun berada dalam tekanan dan kurungan penjara, Sitor tetap berhasil menelurkan karya dan meluncurkannya setelah ia bebas bersyarat, yaitu Dinding Waktu dan Peta Perjalanan, yang namun menyebabkannya harus kembali menjadi tahanan. Setelah bebas Sitor memilih untuk pindah dan menetap di Eropa, di mana ia menutup usia pada tahun 2014 di Belanda.
Kumpulan cerpen Sitor yang berjudul Pertempuran dan Salju di Paris mendapat Hadiah Sastra Nasional di tahun 1955 dan kumpulan sajak Peta Perjalanan memperoleh Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta tahun 1976. Sitor juga dianugerahi SEA Writer Award tahun 2006. Pada tahun 2010 UWRF menganugerahkan Sitor Situmorang Lifetime Achievement Award.