Agung Wijaya Utama menekuni dunia fotografi sejak awal tahun 2000an, hingga akhirnya memutuskan untuk gantung kamera pada tahun 2011 setelah malang melintang di dunia industri fotografi Bali. Merasa jenuh berkarya di dunia fotografi dan akhirnya banting setir dengan membuka Warung Sotography di daerah Batubulan, Bali.
Menekuni dunia kuliner ternyata tidak serta merta menyurutkan semangat Gung Ama dalam dunia fotografi. Sambil menjalankan warungnya, ide berkarya selalu muncul dibenaknya dan tak terbendungkan. Hingga pada tahun 2014, setelah kontemplasi panjang, lahirlah dasar pemikiran dari Gama Photography yang diawali dengan gagasan untuk merekontruksi foto-foto Raja Bali pada masa 1930an.
Menurut Gung Ama, Bali di era 1930an merupakan Bali pada masa kejayaan pariwisatanya. Sebuah masa di mana budaya dan tradisi masih seimbang dengan seberapa terbukanya Bali dengan dunia luar. Mereka yang datang ke Bali adalah mereka yang memang tertarik akan tradisi dan seni di Bali.
Gung Ama ingin menunjukkan kembali bagaimana kesederhanaan Bali pada masa itu bisa tampak begitu indah dan bersahaja. Dalam perjalanan riset Gung Ama justru menemukan ketertarikan pada tata rias dan tata busana Bali pada masa itu, yang sangat erat dengan desa, kala, patra masing-masing daerah. Setiap daerah seperti memiliki ciri khas masing-masing. Gung Ama akhrinya meneruskan riset lebih mendalam pada tata busana dan mengaplikasikannya pada fotografi.
Pada tahun 2016, Gung Ama melalui Gama Photography mengimplementasikan hasil risetnya melalui Rekontruksi Project Bali 1930. Gung Ama melihat telah terjadi pergeseran dalam tatanan berpakaian tradisi Bali. Tata busana Bali yang dulu erat dengan filosofi, kini telah bergeser mengikuti trend fast fashion. Melalui project GamaPhoto 1930, Gung Ama ingin memperlihatkan kembali bahwa tata busana Bali, terutama busana tradisi khususnya pernikahan, bukan hanya sekedar trend dari industri mode belaka tapi juga mengandung sebuah makna dan cerita dibaliknya. Secara terus menerus GamaPhoto 1930 menyuarakan pesan ini kepada para pengguna jasa fotografi mereka atau pun kepada rekanan fotografer melalui workshop yang rutin diadakan di 1930 Studio by Gama.
#mekenyemsubebiase adalah salah satu kampanye yang sedang disuarakan oleh GamaPhoto 1930.
“Kita itu seperti sudah ter-setting kalau ada di depan kamera harus tersenyum, lalu setelah berpaling dari kamera, raut wajah berubah. Senyum yang ditunjukkan ke kamera seringkali hanya pura-pura”
ujar Gung Ama.
GamaPhoto 1930 ingin menunjukkan bahwa senyuman itu bisa terpancar dari sebuah visual meskipun objek tidak tersenyum secara langsung di depan kamera. Senyuman dari hati bisa terpancar dalam raut wajah objek yang difoto. Foto-foto yang dihasilkan oleh GamaPhoto1930 bukan hanya sekedar foto yang indah atau memperhatikan nilai estetika visual, namun bagaimana sebuat foto dapat memiliki nilai yang tidak lekang dimakan oleh waktu, sebuah foto yang bercerita dan dapat menjadi kapsul waktu bagi setiap model atau obyek fotonya.
1930 Studio by Gama, yang merupakan rumah dari GamaPhoto 1930, saat ini tidak hanya hadir sebagai ruang foto atau studio fotografi namun juga sebagai ruang untuk menyatukan pikiran, membahas berbagai kegelisahan sosial khususnya di Bali. GamaPhoto 1930 juga aktif mengadakan beberapa workshop baik di studio maupun bekerja sama dengan venue lain. Tujuan dari workshop ini adalah menyebarkan gagasan tentang bagaimana makna dan cerita dibalik tata busana tradisi Bali, bagaimana keindahan visual dapat diperoleh dari sebuah kesederhanaan, tidak melulu tentang sesuatu yang mewah atau megah.
Gung Ama sebagai pendiri dari GamaPhoto1930 saat ini juga sedang aktif bersama rekan seniman Bali lainnya menggarap project podcast #manahnatah. Sebuah podcast yang mengajak generasi muda Bali untuk berpikir kritis dan membahas isu-isu sosial di sekitar kita khususnya di Bali.
GamaPhoto 1930 akan mengadakan workshop fotografi bersama Yayasan Mudra Swari Saraswati pada bulan Juni 2021. Workshop foto ini bukan hanya sekedar membahas teknis fotografi namun akan menjelajahi lebih dalam pada proses kreatif dan juga cerita di balik setiap foto. Foto sebagai sebuah catatan visual.
Daftarkan diri untuk enews kami dan ikuti kami di Instagram, Twitter dan Facebook untuk mendapat informasi terbaru.