Obrolan Penulis Emerging Indonesia 2016: E. Rokajat Asura

Posted: 13 September 2016 Author: sikuska

Di tahun 2016 Ubud Writers & Readers Festival menyeleksi 16 penulis emerging Indonesia untuk hadir dan tampil di panggung sastra internasional tersebut bersama penulis, pegiat, dan kreator seni terbesar dunia. Ke-16 penulis emerging ini dipilih oleh tim kurasi yang terdiri dari Seno Gumira Ajidarma, Iswadi Pratama, dan Sonia Piscayanti. Mereka berhasil mengalahkan 894 penulis dari 201 kota di 33 provinsi Indonesia, tingginya angka tersebut menahbiskan seleksi tahun ini sebagai yang terbesar sepanjang sejarah seleksi.

UWRF menghadirkan seri “Obrolan Penulis Emerging Indonesia 2016”, di mana blogger UWRF, Putu Aruni Bayu akan melayangkan tujuh pertanyaan kepada masing-masing penulis emerging tersebut sebagai bentuk pemanasan menjelang bulan Oktober mendatang. Kini adalah giliran E. Rokajat Asura yang telah menerima beberapa penghargaan untuk karyanya yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Putu Aruni.

uwrf16_authors_e-rokajat-asura

Dari umur berapa Anda mulai menulis dan apa yang menginspirasi Anda ketika mulai menulis?

“Saya menulis secara serius dimulai selepas SMA. Atas dasar einginan nama saya tercantum di buku atau pada artikel media cetak yang pada awalnya menginspirasi saya untuk menulis.”

Kapan Anda pertama kali mendengar tentang Ubud Writers & Readers Festival?

“Tahun 2009.”

Apa judul tulisan yang Anda ikut sertakan di Seleksi Penulis Emerging Indonesia 2016 dan bisa ceritakan sedikit tentang tulisan tersebut?

“Saya mengirimkan dua novel yaitu Kupilih Jalan Gerilya (novel biografi Panglima Besar Sudirman) dan Jugun Ianfu tentang para perempuan korban perbudakan seks semasa pendudukan Jepang. Novel Kupilih Jalan Gerilya ternyata yang terpilih. Novel ini mengisahkan perjuangan hidup Panglima Besar Sudirman, baik sebagai pribadi, aktivis pergerakan, suami, bapak dari putra-putrinya sampai akhirnya menjadi seorang Panglima. Momentum perjalanan gerilya semasa Agresi Militer, menjadi momen paling bersejarah dalam kehidupan Panglima Sudirman sebagai seorang tentara, padahal pada saat itu dokter memvonis beliau mengidap TBC sehingga sebelah paru-parunya harus dikempiskan. Pada momen inilah muncul pernyataan Sudirman yang fenomenal ‘yang sakit itu Sudirman, Panglima Besar tidak pernah sakit’. Pernyataan sikap yang menunjukkan kegigihan seorang pejuang dan prajurit sejati, sekaligus seorang tentara profesional.”

Apa tema penulisan favorit Anda?

“Kisah-kisah berlatar sejarah menjadi pilihan saya dalam berkarya akhir-akhir ini dan tampaknya akan tetap menjadi pilihan utama.”

Apa buku yang terakhir Anda baca?

“Naskah lama Pantun Bogor yang mengisahkan Kerajaan Pajajaran dan novel Atheis karya Achdiat K. Miharja yang terakhir saya baca.”

Siapa penulis, pegiat, jurnalis, atau seniman yang ingin Anda ajak berbincang di UWRF 2016 pada bulan Oktober mendatang?

“Secara khusus tidak ada, sebab menurut saya semua pekerja seni menarik untuk diajak berbincang.”

Pilih kopi atau teh?

“Teh.”

Comments are closed.