Lebih Dekat Dengan… Richard Oh

Posted: 25 July 2018 Author: sikuska

Tiket Early Bird #UWRF18 telah resmi diluncurkan pada tanggal 16 Juli 2018 lalu, bersamaan dengan 16 nama pembicara tahap awal yang akan mengisi Festival. Dalam seri blog terbaru UWRF, kami telah merangkum bincang-bincang hangat kami dengan para pembicara tahap awal UWRF 2018 seputar pribadi dan dunia sastra, seni, dan budaya yang ditekuninya. Kali ini, simak tanya-jawab kami dengan Richard Oh, seorang novelis sekaligus sutradara kawakan Indonesia.

Kapan dan apa yang membuat Anda mulai membuat film?

Pada tahun 2005, setahun setelah novel ketiga saya terbit, The Rainmaker’s Daughter, sebuah ide untuk memproduksi sebuah film muncul di benak saya. Selama setahun, saya mulai berbagi pada teman-teman terdekat mengenai sebuah cerita tentang seorang pegawai negeri yang hidup sederhana dan bahagia bersama istrinya. Cerita tentang bagaimana kehidupan mereka tiba-tiba berubah drastis menjadi terpuruk ketika ia menemukan sebuah koper. Saya mengirim sinopsis film kepada seorang kolega dunia periklanan bernama Taty Gobel dan dia tertarik untuk mendanai film pertama saya yang berjudul Koper.

Dari karya film Anda yang telah tayang, manakah yang paling berkesan dalam proses produksinya? Ceritakan kepada kami.

Dari 5 film yangg sudah saya produksi hingga tahun ini, saya kira Melancholy Is A Movement adalah film yang paling menyenangkan proses pembuatannya. Mungkin karena semua yang terlibat dalam pembuatan film ini adalah teman-teman dekat saya. Cerita film ini pun terinspirasi dari pertemanan kami. Berbeda dengan produksi film-film saya yang lain, proses pembuatan film Melancholy is A Movement sangat lancar dan mulus. Entah itu dari pengambilan gambar hingga pascaproduksi.

Apa yang dibutuhkan seseorang untuk menjadi sutradara yang handal?

Bagi saya, seorang sutradara yang handal adalah seorang kreator yang berani bereksplorasi, mempertaruhkan semua yang dimilikinya pada sebuah visi atau gagasan kreatif. Kematangannya sebagai seorang sutradara terbentuk dari kegigihannya terus menerus menyempurnakan obsesi visinya.

Bagaimana tanggapan Anda mengenai industri film di Indonesia saat ini?

Film-film kita saat ini, walau jumlah produksi secara drastis meningkat dan semakin diminati penonton, masih sangat miskin inovasi dan eksplorasi. Film-film yang laku keras tidak sebanding dengan mutu ataupun keterampilan berkarya yang bisa kita sandingkan dengan kemajuan perfilmanan mancanegara.

Adakah pesan yang ingin disampaikan untuk mereka yang berminat menekuni industri film?

Kepada mereka yang bercita-cita untuk berkarya dalam dunia film, saya berharap mereka banyak belajar dari berbagai sumber pengetahuan tentang film, dari narasi, musik, sound, pencahayaan, pengadeganan, kegunaan kamera, hingga proses produksi dan pascaproduksi. Film adalah sebuah produksi kolaboratif di mana seorang sutradara menjadi dirigen yang menguasai semua aspek produksi.

Adakah topik yang ingin Anda eksplorasi di UWRF18?

Saya tertarik berbicara atau berdiskusi tentang bedanya film dan sastra, tentang film sebagai sebuah medium di mana berbagai aspek kesenian saling bertubrukan.

richardoh.net | Twitter:  @Richard0h |  Instagram: @Richard0h._

Comments are closed.