Lebih Dekat Dengan… Norman Erikson Pasaribu

Posted: 11 October 2018 Author: sikuska

Dengan lebih dari 180 pembicara dari 30 negara, Ubud Writers & Readers Festival sudah seperti oase bagi para pencinta seni, sastra, dan budaya. Setiap minggu menjelang Festival, kami akan berbincang dengan seorang pembicara Festival yang karyanya mungkin belum Anda kenali, tetapi barangkali bisa menjadi salah satu pembicara favorit Festival Anda. Minggu ini, kita berbincang dengan Norman Erikson Pasaribu, penulis Indonesia yang karyanya Sergius Seeks Bacchus memenangkan PEN Translates Award tahun 2018.

Apa saja isu dan topik yang ingin Anda eksplor selama UWRF18?

Saya tertarik dengan topik UWRF tahun ini, “Jagadhita”, “dunia yang kita cipta”, dan ingin berbagi bagaimana sastra mengizinkan kita untuk menulis-ulang dunia. Sastra meniscayakan sebuah intervensi kepada sistem yang ada dari kaum-kaum yang dimarjinalkan seperti perempuan, queer, atau masyarakat dari kelompok minoritas. Sastra mengizinkan sebuah usaha untuk mengambil kembali tempat kita dalam masyarakat.

Siapa yang Anda harapkan menjadi peserta panel diskusi Anda di UWRF18?

Orang-orang Asia Tenggara. Saya ingin terhubung dengan lebih banyak lagi narasi dari wilayah ini, dan mendengar bagaimana kita masing-masing menavigasi hidup kita pada titik tumpang-tindih antara seksualitas, agama, ras, keadaan ekonomi, dan sebagainya, di tengah arus perubahan yang cepat.

Menurut Anda, apa pencapaian tertinggi yang telah Anda peroleh selama Anda berkarya atau berproses selama ini?

James Baldwin pernah bilang membaca akan menghubungkan kita dengan orang-orang yang sependeritaan dan sepenanggungan. Koneksi antar insan telah lama menjadi sesuatu yang saya cari dari dunia menulis. Beberapa waktu lalu English PEN (lewat Theodora Danek) meminta saya menulis esai soal latar belakang puisi Tentang Sepasang Lelaki Muda di Basemen P3 fX Sudirman (bisa dibaca di Sergius Mencari Bacchus) dan bagaimana kehidupan dan latar belakang saya memengaruhi puisi-puisi saya. Tak berapa lama setelah esai itu terbit, saya dipertemukan kawan dengan seorang perempuan muda Batak (yang juga queer, yang juga datang dari keluarga kelas pekerja) dan dia bilang dia menangis baca esai tersebut karena mirip dengan hidupnya sendiri. Kami selanjutnya ngobrol sepanjang malam dan ketika itu saya merasa bersyukur saya sudah memberanikan diri menulis esai itu.

Apakah saran terbaik yang pernah Anda terima selama berproses kreatif, dan saran terbaik yang bisa Anda berikan untuk mereka yang ingin menekuni bidang yang sama dengan Anda?

“If there is a book that you want to read, but it hasn’t been written yet, you must be the one to write it.” – Toni Morrison

Manakah karya Anda yang paling Anda rekomendasikan untuk dikenal oleh mereka yang sebelumnya belum mengetahui karya-karya Anda?

Saya sudah menerbitkan satu buku puisi berjudul Sergius Mencari Bacchus dan satu buku cerita dengan judul Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu. Pertengahan tahun ini Modern Poetry in Translation menerbitkan edisi LGBTQ+, dan ada terjemahan satu puisi saya di sana, tentang aplikasi yang kabarnya bisa membikin kita orang Indonesia “bahagia.” Saya pikir teman-teman bisa mulai dari sana.

Ceritakan pengalaman berkesan di balik pembuatan karya tersebut.

Saya suka membengkokkan realita ketika menulis karena kadang saya berpikir dunia ini tak usah “diperbaiki”, tetapi harusnya direstrukturisasi. Karena itu saya sering menggunakan elemen sastra spekulatif dan fiksi sains dalam karya tulis saya, karena konvensi mereka mengizinkan saya untuk mengintervensi dunia hari ini, dunia yang sedang terjadi ini, dan kemudian menyusun segalanya ulang. Kebahagiaan kaum dominan di Indonesia sering dilandaskan kepada ketundukkan kaum-kaum minoritas dan bahkan penghilangan-diri (self-erasure). Saya menulis puisi “Brosur” [A Flyer] untuk mengintervensi keadaan itu.

Norman Erikson Pasaribu akan hadir dalam sesi Main Program: Fantastical Realms yang dijadwalkan pada Jumat, 26 Oktober pukul 10.15-11.30 WITA dan Main Program: Off Limits yang dijadwalkan pada Jumat, 26 Oktober pukul 13.00-14.15 WITA. 

Twitter: @nrmnp | Website: normaneriksonpasaribu.com

Comments are closed.