Lebih Dekat Dengan… Budi Agung Kuswara

Posted: 25 September 2018 Author: sikuska

Dengan lebih dari 180 pembicara dari 30 negara, Ubud Writers & Readers Festival sudah seperti oase bagi para pencinta seni, sastra, dan budaya. Setiap minggu menjelang Festival, kami akan berbincang dengan seorang pembicara Festival yang karyanya mungkin belum Anda kenali, tetapi barangkali bisa menjadi salah satu pembicara favorit Festival Anda. Minggu ini, kita berbincang dengan Budi Agung Kuswara, seniman kontemporer asal Bali yang merupakan sosok di balik poster #UWRF18.

Apa saja isu dan topik yang ingin Anda eksplor selama UWRF18?

Saya akan mengeksplor pengalaman dalam berkesenian yang melampaui batas fisik sebuah karya seni dan melihat proses dalam berkarya adalah sebuah nilai utama dalam mematangkan gagasan terhadap sebuah isu.

Siapa yang Anda harapkan menjadi peserta panel diskusi Anda di UWRF18?

Mahasiswa Seni, pelajar, pencinta seni, masyarakat umum.

Menurut Anda, apa pencapaian tertinggi yang telah Anda peroleh selama Anda berkarya atau berproses selama ini?

Ketika berhasil menyelesaikan seluruh set karya “malam di jari Kita + the wax on our fingers”. Kolaborasi saya dalam satu pameran tunggal diapresiasi sebagai koleksi permanen dari National University Singapore Museum dan dipamerkan kembali selama satu tahun penuh oleh NUS Museum di tahun 2013.

Apakah saran terbaik yang pernah Anda terima selama berproses kreatif, dan saran terbaik yang bisa Anda berikan untuk mereka yang ingin menekuni bidang yang sama dengan Anda?

Saran terbaik yang pernah saya terima adalah… Pengetahuan bukanlah seberapa banyak informasi yang telah dikumpulkan, melainkan kumpulan pengalaman dalam memahami informasi.

Saran terbaik dari saya? Saya kira bukan saya yang sepatutnya menilai apakah ini terbaik namun bagi kawan-kawan yang ingin menekuni bidang yang sama dengan saya untuk melihat sebuah gagasan bukanlah sesuatu yang final yang pada akhirnya akan membatasi gagasan tersebut untuk  berkembang.

Manakah karya Anda yang paling Anda rekomendasikan untuk dikenal oleh mereka yang sebelumnya belum mengetahui karya-karya Anda?

Bisa dimulai dari praktek awal seni komunitas saya “malam di jari Kita + the wax on our fingers”.

Ceritakan pengalaman berkesan di balik pembuatan karya tersebut.

Di sebuah desa bernama Kebon Indah di Klaten, Jawa Tengah, para lelaki mayoritas merantau bekerja di kota besar. Sementara itu, para wanita mengasuh anak sambil membatik. Saya bekerja dengan komunitas pembatik tulis klasik yang menggunakan warna alam dan menyaksikan bagaimana kehidupan para pengerajin batik di desa sangat jauh dari gegap gempita Batik Nasional. Partisipan paling senior berusia 80 tahun dan ia sudah membatik sejak kelas 4 SD. Saya menyaksikan dedikasi terhadap waktu dan kehidupan pembatik terhadap kerajinan yang mereka buat. Sebagai seniman, saya merasa belumlah apa-apa.

Budi Agung Kuswara akan hadir dalam sesi Main Program: Art for Impact yang dijadwalkan pada Minggu, 28 Oktober pukul 10.15-11.30 WITA. Anda juga dapat bergabung dengan Budi Agung Kuswara dalam Cultural Workshop: Blue is the Universe yang dijadwalkan pada Sabtu, 27 Oktober pukul 12.30-13.30 WITA. Karya seni Budi Agung Kuswara juga dapat dilihat dalam Art Exhibition: Anonymous Anchestors yang berlangsung dari 25 Oktober-25 November, dengan peluncuran pada tanggal 25 Oktober pukul 18:00 WITA di Casa Luna.

Instagram: @budiagungkuswara | Facebook: @ budiagungkuswara





Comments are closed.