Tiket Early Bird kami telah tersedia dan nama-nama pembicara tahap awal kami telah diumumkan. Pada seri ini, kami berbincang dengan penulis, seniman, dan pegiat ini untuk mengenal mereka lebih dekat sebelum mereka bergabung dengan kami pada bulan Oktober mendatang. Minggu ini, kami berbincang dengan Azhari Aiyub, sastrawan Aceh penulis Kura-kura Berjanggut. Novel tersebut berhasil memenangkan penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2018 kategori prosa.
Kapan dan apa yang membuat Anda mulai menulis?
Saya mulai menulis sejak SMA. Pengaruh besar datang dari buku-buku cerita anak terbitan Balai Pustaka yang saya baca ketika SD.
Apa yang biasanya Anda lakukan jika sedang mengalami kebuntuan dalam berkarya?
Ada beberapa cara. Kalau saya malas bertemu orang, maka saya akan membaca, menonton film, dan main game. Namun kalau tiga hal tersebut tidak bisa membantu, saya akan nongkrong di warung kopi selama berjam-jam dan mendengarkan orang bicara, mendengar omong-kosong. Kadang selalu ada hal menarik dari omong-kosong di warung kopi.
Menurut Anda, hal apa saja yang bisa memberi ‘nyawa’ dalam sebuah karya tulis?
Humor sangat penting dan itu yang paling sulit.
Apa pencapaian tertinggi yang telah Anda peroleh selama Anda berkarya atau berproses selama ini?
Saya masih punya ambisi. Saya masih ingin menulis lebih baik daripada yang telah saya mulai dalam rentang waktu 15 tahun terakhir.
Adakah pesan yang ingin disampaikan untuk mereka yang berminat menekuni dunia kepenulisan?
Menulis itu persoalan teknis kan? Jika Anda sudah menguasai hal yang bersifat teknis, Anda tinggal meningkatkan kemampuan tersebut dengan berlatih. Semua jenis pekerjaan yang mengandalkan keterampilan saya yakin mesti ditempa oleh latihan terus-menerus.
Manakah karya Anda yang paling Anda rekomendasikan untuk diketahui oleh mereka yang sebelumnya belum terlalu mengenal karya-karya Anda?
Kura-kura Berjanggut, novel terbaru saya.
Adakah proyek terbaru yang sedang Anda kerjakan saat ini? Bisakah diceritakan sedikit kepada kami?
Saya sedang menulis novel kedua saya. Fokus cerita menjelang dan pada masa Revolusi Indonesia dan mengambil latar di Sumatra Timur, di sekitar perkebunan tembakau, jantung imperialialisme di Asia Tenggara. Seperti novel saya sebelumnya, Kura-kura Berjanggut, karakter untuk proyek ini masih berkisar pada bandit dan vigilante.
Twitter: @azhariaiy | Instagram: @azhari_aiyub
Ingin mendengar lebih banyak dari Azhari Aiyub? Ini adalah kesempatan terakhir Anda untuk mendapatkan tiket Early Bird, hemat 20% dari harga reguler untuk pembelian 4-Day Pass. Jangan lewatkan pengumuman pembicara lengkap kami pada pertengahan Agustus.