Kenali Penulis Emerging 2018 // Pratiwi Juliani

Posted: 20 July 2018 Author: sikuska

Yayasan Mudra Swari Saraswati telah mengumumkan 5 nama pemenang Seleksi Penulis Emerging Indonesia untuk hadir di panggung perhelatan sastra Ubud Writers & Readers Festival pada bulan Oktober mendatang. Tim kurator Seleksi Penulis Emerging Indonesia tahun ini terdiri dari Leila S. Chudori, Warih Wisatsana, dan Putu Fajar Arcana. Ke-5 penulis emerging ini akan bergabung bersama para penulis, pegiat, dan kreator seni dari seluruh dunia. Karya-karyanya yang terpilih akan diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan dibukukan dalam Antologi 2018.

UWRF menghadirkan seri Kenali Penulis Emerging Indonesia 2018. Kami telah melayangkan beberapa pertanyaan kepada masing-masing Penulis Emerging untuk mengenali diri dan karya mereka lebih jauh. Sebagai pembuka, kami mengajak Anda untuk mengenal Pratiwi Juliani yang berasal dari Rantau, Kalimantan Selatan.

Bisa ceritakan sedikit tentang diri Anda?

Saya seorang pemilik toko buku kecil di sebuah desa di Kalimantan Selatan. Di toko buku itu pula saya menyediakan tempat membaca gratis untuk anak-anak sekitar. Ada kalanya saya pergi ke pelosok-pelosok Kalimantan untuk memberikan buku-buku yang saya kumpulkan dari sumbangan teman-teman saya, untuk diberikan pada anak-anak dan perempuan setempat, sekaligus mengajarkan mereka tentang pentingnya kegiatan membaca dan belajar untuk kehidupan yang lebih baik.

Kapan dan dari mana Anda mendengar tentang Seleksi Penulis Emerging Indonesia? Apa yang membuat Anda memutuskan untuk mengumpulkan karya dalam seleksi ini?

Saya mendengar tentang seleksi Penulis Emerging Indonesia tahun lalu, ketika saya datang ke UWRF 2017 dan diberi kesempatan membacakan surat-surat anak dari Pangelak Kalimantan Selatan untuk Ubud di sesi New Generation. Kebetulan saya memiliki tulisan dalam bentuk novel yang belum pernah saya publikasikan, kemudian saya memutuskan untuk mengirimnya.

Apakah judul karya terpilih Anda dalam seleksi ini? Ceritakan kisah di balik proses penulisannya.

Saya mengirimkan draft novel dengan judul Dear Jane. Ini adalah tulisan pertama saya, saya tulis dalam waktu dua bulan saat saya mengikuti sebuah program kepenulisan di Banjarmasin pada pertengahan tahun 2017. Novel ini telah disepakati akan saya tulis ulang untuk diterbitkan oleh satu penerbit yang juga akan menerbitkan kumpulan cerita pendek saya, dan kemungkinan judul novel ini akan berubah masih didiskusikan.

Setelah menjadi salah satu penulis emerging terpilih UWRF18, apakah minat Anda untuk menekuni dunia kepenulisan semakin besar?

Menjadi salah satu penulis emerging terpilih UWRF 2018 adalah mimpi lebih dari 800 peserta yang turut mengikuti seleksi. Ini event seni dan budaya terbesar di seluruh Asia Tenggara. Menjadi bagian dari acara ini adalah lecutan sekaligus penyuntik semangat berkarya yang hebat bagi saya secara pribadi, saya tidak akan menyia-nyiakannya. Ini kesempatan besar untuk saya agar bisa belajar dan terus menulis dengan cara yang lebih baik.

Sejak kapan Anda menulis karya sastra?

Saya menulis sejak pertengahan tahun 2017. Draft novel yang lulus kurasi UWRF 2018 adalah tulisan pertama saya.

Di mana dan kapan waktu favorit Anda untuk menulis?

Saya menulis kapan saja, tapi tidak pernah di depan komputer. Saya menuliskan semuanya di notes, termasuk draft novel ini dan tulisan saya yang lain, setelah selesai baru diketik ulang. Saya tidak bisa menulis di depan komputer, jujur saja.

Berkaitan dengan tema UWRF18 yaitu Jagadhita atau ‘The World We Create, bagaimana Anda memaknai hal tersebut?

Tema UWRF 2018 yang berbunyi The World We Create bermakna dalam bagi saya. Karya-karya adalah penyusun dari sebuah dunia. Kau ciptakan karya-karya bagus, artinya kau turut membangun dunia ke arah positif. Semua orang yang ingin menjadi atau telah menjadi seniman harus menyadari hal itu: bahwa karya mereka, besar atau kecil, memiliki andil atas arah perkembangan kehidupan. Karena itulah, setiap orang harus memastikan, karya mereka bermanfaat dalam arti yang lebih luas: tidak hanya diciptakan sekedar untuk menghibur, tetapi juga pemicu penikmatnya untuk berpikir.

Apa yang ingin Anda lakukan dan lihat di UWRF18 pada bulan Oktober mendatang?

Di UWRF 2018 kelak, saya ingin berbagi tentang semua hal sederhana namun berdampak besar: senyum, ramah tamah, pelukan hangat atau senda gurau. Juga tentu saja cerita-cerita saya dari kampung halaman, atau bagaimana sebuah peristiwa-peristiwa kecil bisa merefleksikan hidup manusia secara global. Bagaimanapun juga, saya hanyalah seorang perempuan dari kampung yang bangga terlahir sebagai orang Indonesia.

 

Comments are closed.