SUPPORT NOW
Facebook Twitter Instagram Flickr LinkedIn

Festival Favorites: Saras Dewi

Posted: 25 September 2019 Author: sikuska

Dengan lebih dari 180 pembicara dari 30 negara, lineup UWRF tahun ini sangatlah beragam. Setiap minggu menjelang UWRF19, kami berbincang dengan seorang penulis atau pembicara yang barangkali karyanya belum Anda kenal, tetapi bisa saja menjadi favorit Anda saat Festival. Minggu ini kami mendengar dari Saras Dewi, penyair, pegiat, dan akademisi dari Bali yang mengajar tema-tema ekofeminisme, filsafat ekologis, filsafat Timur, filsafat sastra dan fenomenologi. 

Kapan dan apa yang membuat Anda mulai menulis?

Saya mulai menulis semenjak kanak-kanak, mulanya dari menulis jurnal harian, refleksi aktivitas yang dilakukan sedari awal hari hingga ujung hari. Lalu, setelah membaca karya-karya filsafat saya mulai senang menulis esai-esai analitis, menulis itu suatu proses untuk memahami lebih mendalam. Kalau menulis puisi, saya memang senang bahasa ekspresif, senang menggunakan metafora. Bahkan terkadang sering merenungkan ragam kosa kata. Haha.

Apa pencapaian tertinggi yang telah Anda peroleh selama Anda berkarya atau berproses selama ini?

Mungkin yang lebih baik menilai adalah pembaca karya-karya saya. Tapi saya merasa belum puas dengan capaian-capaian sendiri, masih banyak yang kurang.

UWRF19 akan mengangkat tema Karma. Apa makna Karma bagi Anda?

Sebagai orang Bali, hidup masyarakat dan pola pikirnya dibentuk dengan pemahaman tentang Karma. Bagi saya Karma itu bukan fatalitas hidup, atau takdir yang membelenggu. Justru untuk saya karma adalah petanda kebebasan, khususnya kemungkinan bagi manusia untuk memilih tindakannya secara sadar. Juga, paham akan akibat atau konsekuensi.

Isu dan topik apa saja yang ingin Anda eksplor selama UWRF19?

Saya masih perlu banyak belajar tentang lingkungan hidup. Senang sekali UWRF memperhatikan isu ini.

Siapa yang Anda harapkan menjadi audiens panel diskusi Anda di UWRF19?

Siapapun yang tertarik untuk mengambil sikap dan tindakan untuk penyelamatan lingkungan.

Adakah pesan yang ingin disampaikan untuk mereka yang berminat menekuni dunia kepenulisan?

Menulis dengan jujur, karena pembaca akan selalu tahu, karya seharusnya menjadi penyerahan diri dan pengungkapan diri.

Manakah karya Anda yang paling Anda rekomendasikan untuk diketahui oleh mereka yang sebelumnya belum terlalumengenal karya-karya Anda?

Jiwa Putih, Kekasih Teluk dan non fiksi Ekofenomenologi.

Adakah proyek atau karya terbaru yang sedang Anda kerjakan saat ini? Bisakah diceritakan sedikit kepada kami?

Buku Fenomenologi tentang Tari Sang Hyang Dedari.

Saras Dewi adalah bagian dari panel Main Program Precious Peatlands. Dapatkan tiket 4-Day Pass atau 1-Day Pass di sini. Anda bisa mengikuti Saras di Twitter.

 

Comments are closed.