Catatan Penulis Emerging 2017 // Saya Tidak Ingin Berhenti Menulis oleh Rachmat Hidayat Mustamin

Posted: 22 January 2018 Author: sikuska

 

Teks oleh Rachmat Hidayat Mustamin

HARI PENGUMUMAN. Waktu itu siang. Di luar, matahari menggerus rumah saya dengan selaput terik di Makassar. Saya dan Adik saya sedang menonton televisi. Tiba-tiba ponsel saya berdering, seperti ada seorang dari dalamnya sedang menghentam lonceng berkali-kali. Dari ujung telfon itu, seorang wanita mengaku sebagai panitia festival kemudian berkata,

“Selamat! Anda terpilih menjadi salah satu Emerging Writers di Ubud Writers and Readers Festival 2017 yang akan diadakan bulan Oktober mendatang.”

Senyap. Kata-kata seperti mogok di dalam tenggorokan saya. Hanya hampa yang bisa saya jawabkan kepadanya. Setelah telfon ditutup, saya berteriak seperti ada sesuatu dalam tubuh saya seketika meluap. Adik saya yang sedari tadi duduk menonton sunyi, kaget dan melempari muka saya dengan bantal. Tak mengapa. Manuskrip puisi saya terpilih. Puisi-puisi itu berjudul Mengamati Puisi dan Catatan Setelah Menyalami Bandaneira.

Hampir sama dengan para penulis terpilih lainnya, kami diberi satu atau dua sesi panel. Saya mendapat satu sesi panel bertajuk Poetic Calling selain dalam peluncuran buku Origins: The Billingual Anthology of Indonesian Writing.

Pada sesi Poetic Calling itu, saya merasakan antusias dan energi meledak dari para penyimak dan pendengar yang hadir. Barangkali sekitar 87% diisi oleh wajah-wajah bukan kultur-Indonesia. Ketika sesi tanya-jawab berlangsung, salah seorang dari Australia, bertanya, “Bagaimana rasanya membaca ulang tulisan-tulisan Anda yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris?”

Saya jawab, “..rasanya seperti mengamati sosok lain ketika berhadapan dengan cermin.” Baru saya sadari bahwa menjelaskan puisi secara personal di hadapan banyak orang seperti menunggangi rollercoaster. Melelahkan, menegangkan sekaligus menggemaskan.

Sesi itu usai. Saya dan para penulis lain turun dari panggung. Tetapi saya seperti ditodong mikrofon dan kamera. Kami tiba-tiba harus menjadi objek wawancara. Menjawab dan menjelaskan perihal diri sendiri secara lebih terang. Saya merasa panggung kian melebar dan lampu sorot dari media-media terus mengikuti kemana kaki saya melangkah.

Penulis terpilih sebagai Emerging Writers adalah 16 orang. Kami sudah sering bertukar kabar di group Whatsapp jauh sebelum festival berlangsung. Salah seorang memberi saran agar ketika sampai di Ubud bisa saling bertukar kopi. Sore itu sebelum malam penutupan, kami berkumpul bersama saling bertukar cerita. Hangat dan nyaman. Saya mulai percaya bahwa Ubud juga diciptakan dari pelukan-pelukan orang terkasih.

Festival berakhir. Saya serta semua peserta pulang ke tempat masing-masing. Melanjutkan aktifitas dengan energi dan semangat yang lebih nyala. Selain menemukan keluarga baru, sahabat-sahabat baru, tempat pulang yang baru, saya juga membenarkan kutipan Ellena (@yellohelle) dalam akun twitternya, “The best part of growing up: to eventually have the chances to have real conversation with childhood idols.”

Saya membawa bekal yang meskipun tidak banyak, tapi akan saya timbun, tanam dan biarkan tumbuh di dalam diri saya. Ketika para Emerging Writers berkumpul pada hari pertama, Bli I Wayan Juniarta kira-kira berkata seperti ini,

“Tidak usah minder. Dari sembilan ratusan lebih karya yang masuk, karya-karya kalian terpilih di UWRF17. Jangan pernah merasa rendah diri. Kalian diundang ke sini sebagai penulis. Karya kalian bagus, kok. Percaya dan yakin dengan karya-karya yang kalian buat.”

Barangkali kalimat di atas sungguh sangat sederhana, tapi saya akan menanam kalimat itu pada karya-karya yang saya buat ke depannya. Kita memang tidak akan pernah bisa menerka perkataan seperti apa yang bisa menyentuh pembaca atau pendengar. Saya pulang membawa oleh-oleh kalimat itu dengan dada lapang. Sebelum berpisah dengan UWRF17, saya membisiki diri sendiri, “Saya tidak ingin berhenti menulis.”

Ikut jejak Rachmat dengan mengikuti seleksi Penulis Emerging Indonesia 2018 melalui link ini.

Comments are closed.